UJIAN NABI SULAIMAN

Author :

Nabi Sulaiman selain sebagai Nabi beliau juga seorang Raja dengan kekuasaan yang luar biasa.

Segala yang ada di bumi pada masa itu tunduk padanya. Bukan hanya manusia tapi juga binatang bahkan jin jadi balatentaranya.

Demikian pula dengan angin dapat diperintah dan menjadi kendaraan baginya. Istananya demikian megah dan indah karena memang kekayaannya sungguh melimpah. Kemampuan ilmu dan teknologinya pun menakjubkan.

Salah seorang ahlinya bisa memindahkan singgasana Ratu Balqis dari jarak yang sangat jauh hanya dalam sekejap. Ini teknologi teleportasi yang di era sekarang ini baru dalam alam teori.

Bagaimana Nabi Sulaiman menyikapi itu semua? Dalam Al Qur’an Allah mengisahkannya :

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata:

"Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia". (Q.S. An Naml : 40)

Ternyata Allah menguji manusia bukan hanya dengan kesulitan dan kesukaran tapi juga dengan kemudahan dan kelebihan. Biasanya kita memandang ujian itu hanya yang berwajah kesulitan dan keburukan. Padahal kemudahan dan nikmat pun juga ujian dari Allah.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan”. (Q.S. Al Anbiyaa : 35)

Menghadapi ujian berupa kesulitan dan musibah terkadang lebih gampang dari pada ujian kenikmatan. Jika manusia berada dalam keadaan genting misalnya naik pesawat di cuaca buruk dan sangat mencekam, yang banyak dilakukan adalah berdo’a dan memohon pertolongan kepada Allah.

Atau mereka yang diuji dengan penyakit biasanya banyak berdo’a agar mendapatkan kesembuhan. Sampai jika ada yang meninggal maka yang dilakukan oleh keluarganya adalah berdo’a kepada Allah untuk ampunan bagi yang meninggal serta diberi kesabaran bagi yang ditinggal.

Demikianlah, jika manusia berada dalam kesulitan akan tumbuh kesadaran dan kebutuhan spiritualnya untuk memohon pertolongan kepada Allah. Mengapa demikian? Karena manusia yakin kesulitan dan musibah itu semua berasal dari Allah.

Berbeda jika manusia mendapatkan kenikmatan. Terkadang yang muncul dalam pikirannya adalah bahwa semua yang diraihnya itu karena kehebatannya, kerja kerasnya, ilmunya dan segala kelebihan yang dimilikinya. 
Allah menceritakan tentang Karun dalam Al Qur’an : 
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku"… (Q.S. Al Qashash : 78)

Akibatnya muncul kesombongan dalam dirinya, sehingga lupa kepada Allah dan jadilah dia orang yang lupa diri. Allah mengingatkan :

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (Al Hasyr : 19)

Apa akibatnya jika manusia lupa diri? Segala nikmat yang Allah berikan berupa harta, kekuasaan, ilmu dan sebagainya digunakannya untuk berbuat kerusakan. Jika dia berkuasa, maka jadilah dia penguasa yang zalim. Dia dia orang kaya maka jadilah dia kapitalis yang serakah. Jika dia orang yang berilmu, dijadikannya untuk memperdaya orang-orang bodoh.

Bagaimana cara menghindari itu semua? Allah memberi contoh Nabi Sulaiman yang Allah anugerahkan harta, tahta dan limu yang luar biasa. Nabi Sulaiman tetap sadar bahwa ini semua karunia dari Allah, bukan karena dia.

Segala berasal dari Allah, milik Allah, dalam kendali Allah, untuk Allah, dan akhirnya kembali kepada Allah. Manusia hanya menerima titipan. Jika Allah berkehendak, titipan itu akan diambilnya dengan mudah. Karena itu semua titipan maka manusia kelak di hari akhir harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.

Untuk itu syukurilah segala nikmat yang Allah anugerahkan dengan menggunakan sebaik-baiknya pada jalan yang diridhai Allah.

Jika nikmat itu berupa harta belanjakan untuk hal yang bermanfaat, tunaikan zakatnya, bersedekahlah kepada orang yang membutuhkan, dan jauhkan diri dari harta yang haram. Jika nikmat itu berupa kekuasaan maka jadilah pemimpin yang adil dan memberi rahmat bagi semesta alam.

Jika nikmat itu berupa ilmu maka gunakan untuk kemaslahatan umat manusia. Jika itu semua dapat dilaksanakan maka Allah akan menambah nikmat-Nya, hidup pun akan bahagia, damai dan tenteram.

Previous PostSYUKUR NIKMAT
Next PostTiga Tanda Sukses Ramadhan
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR