Tradisi Mudik

Author :

Setiap tahun menjelang idul fitri mudik menjadi tradisi di Indonesia dan beberapa negara. Tapi paling heboh itu di Indonesia. Penuh perjuangan di perjalanan. Makanya perlu persiapan fisik

, mental dan dana. 

Apa yang membuat orang mau mudik meskipun harus bersusah payah? Jawabannya adalah mudik menjadi kebutuhan jiwa. Bertemu dengan orang tua, keluarga, sanak saudara, teman lama. Bernostalgia dengan kampung halaman yang penuh cerita dan kenangan. Melepas diri dari kesibukan kerja sebagai rehat jiwa yang jenuh di kehidupan kota. 

Kembali ke asal menjadi kata kunci dari aktivitas mudik. Setiap orang punya asal. Kampung asal, rumah asal sampai rahim tempat dia berasal. Itulah rahim ibu. Kembali bertemu orang tua khususnya ibu menjadi panggilan batin. Makanya selama ibu masih ada maka kerinduan itu tetap ada. 

Agar mudik juga bersifat sosial maka perlu dilengkapi dengan fungsi silaturrahmi dan berbagi. Silaturrahmi artinya menyambung kasih sayang. Salah satu caranya adalah bertemu langsung. Keliling dari rumah ke rumah atau bertemu khusus di suatu acara adalah cara yang lazim selain melalui media sosial. Tapi tetap pertemuan tak bisa tergantikan nilai rasanya oleh media sosial. Saat pertemuan itu juga dilengkapi dengan saling maaf memaafkan. Maka menjadi lengkaplah kebahagiaan jiwa karena melepaskan segala ganjalan. 

Ajaran agama Islam memerintahkan untuk bersilaturrahmi. Allah berfirman : "... Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu."

(QS. An-Nisa' 4: Ayat 1)

Keluarga dalam Islam sangat diperhatikan karena keluarga adalah tiang negara. Agar mudik menjadi tradisi yang berdampak positif maka silaturrahmi dan berbagi menjadi aktivitas yang berdampak positif. Berbagi khususnya kepada keluarga dekat yang kurang mampu akan berfungsi ganda. Selain fungsi ekonomi juga menguatkan persaudaraan.

Namun hati-hati, mudik juga dapat berdampak negatif jika disertai dengan kesombongan. Orang kota ke desa memamerkan keberhasilan materialnya berupa kendaraan, barang-barang dan sebagainya. Juga merasa lebih mulia karena lebih kaya atau lebih berhasil. Waspadalah, itu semua sifat syaitan. Takabur, riya' tidak akan membuat kita lebih bahagia. Malah bisa memutuskan silaturrahmi serta menghancurkan pahala amaliah ramadhan. Dan orang yang dalam dirinya ada kesombongan walau seberat atom tidak akan bisa mencium bau surga apalagi memasukinya kelak di akhirat. 

Orang kota yang ke desa juga perlu hati-hati. Jangan sampai malah membawa budaya dan tradisi kota yang negatif seperti konsumerisme. Bawalah tradisi positif yaitu kerja keras dan perjuangan menuntut ilmu sebagai proses meraih sukses. Beri inspirasi kepada generasi muda agar berani bermimpi tinggi. Selamat mudik. Semoga selamat sampai tujuan.

Previous PostFinalis Ramadhan
Next PostLima Kunci Kehidupan
ARSIP MESSAGE OF THE DIRECTOR