Menghadapi Bonus Demografi

Setiap orang ada masanya, setiap masa ada orangnya. Masa sekarang milik para orang dewasa yang berperan di berbagai bidang. Ada yang jadi politisi, ASN, pengusaha, guru, dosen, karyawan profesional,
pekerja sosial dan lain sebagainya. Setiap orang ada masanya. Seiring dengan waktu masa mereka akan berakhir karena pensiun atau tutup usia.
Setiap masa ada orangnya Lalu datanglah generasi baru untuk masa yang baru. Mereka adalah para pelajar dan mahasiswa di masa sekarang ini. Masa depan yang penuh tantangan dan peluang karena perkembangan iptek yang semakin canggih dan problem sosial juga semakin kompleks.
Masa depan para pelajar dan mahasiswa sekarang ini ada pada rentang waktu yang disebut sebagai era bonus demografi. Para ahli memperkirakan pada tahun 2025-2030 adalah masa Indonesia bisa menikmati bonus demografi di mana jumlah usia produktif lebih 70?ri total jumlah penduduk.
Pada masa tersebut bisa tercipta Indonesia Emas jika SDM usia produktif memiliki kompetensi yang tinggi sehingga dapat diserap oleh lapangan kerja. Tentu saja lapangan kerja tersedia secara memadai sehingga para SDM usia produktif juga harus mampu membuka lapangan kerja dengan menjadi wirausaha muda.
Menyiapkan SDM yang kompeten dan kompetitif di masa yang akan datang salah satunya melalui pendidikan formal, non formal dan informal. Pemerintah yang mengelola pendidikan telah merumuskan rencana strategis pendidikan untuk menyongsong masa depan. Salah satu konsepnya adalah menyiapkan generasi muda yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.
Hal itu tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2020. Dituliskan bahwa Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Masa kini dan akan datang ditandai dengan era perubahan. Untuk menghadapinya butuh kemampuan beradaptasi. Salah satu kuncinya adalah kemampuan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (life long learner). Terus belajar hal baru kapan dan di manapun. Perkembangan teknologi yang sangat pesat memudahkan manusia untuk belajar. Hidup di era globalisasi maka wajib memiliki kompetensi global. Maka rumusan pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global sangat tepat.
Sejak zaman dahulu kala fondasi untuk menghadapi segala tantangan zaman yaitu iman, takwa dan akhlak mulia. Sejak era berburu, bertani, industri sampai era informasi dan inovasi di masa sekarang ini, iman takwa dan akhlak mulia tetap relevan. Allah mengutus Nabi dan Rasul dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw tugasnya untuk membangun iman dan takwa kepada Allah dan menyempurnakan akhlak mulia.
Seiring dengan kemajuan teknologi yang berdampak pada globalisasi dan mobilitas yang semakin mudah. Dunia menjadi global village di mana pergaulan antar bangsa dari seluruh penjuru dunia semakin mudah. Maka dibutuhkan kemampuan bergaul antar bangsa yang berbeda bahasa dan budaya. Maka dibutuhkan generasi yang berkebinekaan global. Mampu menghargai perbedaan di tengah pergaulan dunia.
Era sekarang dan masa yang akan datang juga ditandai dengan kolaborasi. Maka jiwa gotong royong harus selalu dipupuk. Bekerja sama, sinergi, saling peduli, tolong menolong demi kemajuan bersama. Selain itu juga kompetisi tetap terjadi. Survive di tengah persaingan yang ketat butuh kemandirian, bernalar kritis dan krearif. Semoga proses pendidikan dapat mewujudkan profil pelajar Pancasila yang siap mewujudkan Indonesia Emas di tahun 2030.