Rotasi dan Revolusi Bumi dalam Persfektif Alquran
Rotasi bumi adalah perputaran bumi pada porosnya/sumbuhnya. Adapun revolusi bumi adalah gerak bumi mengelilingi matahari. Alquran juga berbica tentang bumi yang berotasi dan berevolusi. Allah berfirman dalam Alquran Sural Luqman, ayat 29 yang artinya:
“Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang ditentukan. Sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Luqman 31:29).
Pernyataan Alquran ini menandakan bahwa bumi berotasi. Sebagian dari bumi mengalami siang karena “dimasukkan” ke wilayah yang membelakangi matahari yang sedang mengalami malam. Demikian pula sebaliknya. Itu sebabnya Alquran menggunakan kata “memasukkan” (yuuliju) untuk mendeskripsikan atau menggambarkan pergantian siang dan malam.
Rotasi bumi merujuk pada gerakan berputarnya planet bumi pada sumbuhnya atau porosnya. Bumi berputar dari arah Barat ke arah Timur atau jika dilihat dari utara melawan arah jarum jam. Akibat pergerakan pada sumbuh atau porosnya, setiap daerah di permukaan bumi mengalami siang dan malam walaupun dengan panjang siang dan malam berbeda-beda. Masa rotasi bumi pada porosnya dalam hubungannya dengan bintang (matahari) adalah 23 jam, 56 menit. Masa rotasi dalam kaitannya dengan matahari ialah 24 jam (pembulatan).
Hubungan rotasi bumi dan revolusi bumi
Gerakan melingkar mengililingi matahari terjadi selama setahun, yakni 2365 hari sehingga revolusi bumi mengelilingi matahari tidak pas dengan gerakan bumi pada sumbuhnya. Berdasar hal ini, kita memiliki tahun kabisat yang terjadi setiap setiap 4 tahun sekali kecuali pada hitungan seratus yang tidak dapat dibagi 400. Revolusi bumi merupakan akibat tarik menarik antara gravitasi matahari dengan gaya gravitasi bumi selain perputaran bumi pada porosnya. Kala revolusi dalam satu kali mengelilingi matahari adalah 3651/4 hari. Sepanjang bumi berevolusi, rotasi bumi tidak selalu tegak lurus terhadap bidang ekliptika melainkan berosilasi dengan kemiringan yang membentuk sudut hingga 23,50 derajat terhadap matahari. Sudut ini diukur dari garis imajiner yang membelah kutub utara dan kutub selatan yang disebut dengan garis khatulistiwa.
Basri, S.Si., S.Pd., M.Pd.