
Wanita Bekerja dalam Islam
Zaman sekarang bekerja atau berkarir bagi sebagian wanita,
sudah menjadi pilihan. Bahkan menjadi wanita karir adalah dambaan banyak muslimah
saat ini. Wanita bekerja atau berkarir tujuannya adalah mencari nafkah
keluarga, menyalurkan bakat, dan atau mengaplikasikan ilmu serta keahlian yang
dimilikinya.
Ada sebuah diskursus dalam Islam yang sudah sejak dahulu sebenarnya dibahas, yaitu tentang boleh tidaknya wanita bekerja? Bagi sebagian muslim, ada anggapan tugas wanita adalah mengurus urusan rumah tangga. Artinya, kewajiban wanita adalah mengerjakan urusan domestik mulai dari memasak, mencuci, mengurus anak, dan lain-lain. Bagi mereka, wanita tidak boleh bekerja di luar rumah. Kebutuhan wanita merupakan kewajiban laki-laki untuk memenuhinya. Lantas, benarkah wanita tidak boleh bekerja di luar rumah atau bahkan diharamkan?
Umumnya pembicaraannya
menyatakan tentang boleh atau tidak, hanya berkisar pada dalil-dalil apa saja
yang digunakan, baik bersumber dari Al-Qur’an atau Hadis dan bagaimana memahami
keduanya. Nah,
tahukah kalian bahwa di masa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun,
kaum wanita tidak hanya melulu mengurus urusan rumah tangga dan berdiam di
rumah-rumah mereka, banyak dari mereka yang aktif melakukan aktivitas lain
di luar rumah. Bahkan hal itu telah menjadi profesi mereka sehari-hari. Profesi
yang memberikan kontribusi terhadap Islam dan ummat.
Berikut ini adalah beberapa profesi wanita pada masa Rasulullah dan sahabat:
- Pebisnis, Khadijah binti Khuwalid, dialah istri tercinta Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Khadijah mampu membangun bisnis yang besar dan sukses. Bahkan, beliau menjadi wanita kaya raya dan merekrut banyak orang untuk berbisnis dengannya. Beliau kerap bepergian jauh. Hasil bisnisnya digunakan untuk menunjang dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
- Akademisi dan ulama, Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Salamah, istri-istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang senantiasa mengajarkan hadis-hadis Rasulullah kepada para sahabat lainnya.
- Perawat, Rufaida Al-Islamiyah. Ia merupakan seorang perawat muslimah yang ikut berjuang dengan para kepahlawanan kaum laki-laki dalam bidang medis.
- Wirausaha, Zainab binti Jahsy. Istri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ini juga merupakan seorang pebisnis. Ia merupakan seorang perempuan yang memiliki tangan kreatif dengan memproduksi kerajinan tangan. Pekerjaan itu menjadi salah satu profesi para perempuan di masa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.
- Petani, Asma binti Abu Bakar mengurusi kebun kurmanya untuk membantu perekonomian rumah tangganya bersama Az-Zubair bin Awwam.
- Manajemen dan accounting, Syifa bin Abdullah bin Abd Syams. Pada masa khalifah Umar bin Khattab sampai sering diminta nasihatnya terkait masalah administrasi manajemen dan keuangan.
Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah kamu mencegah perempuan-perempuan untuk pergi ke Masjid, sedangkan rumah mereka itu lebih baik bagi mereka”.(HR. Abu Daud. Berkata Hakim: “Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Bukhari dan Muslim.”)
Dalam hadis ini, Rasulullah bahkan melarang seseorang yang tidak membolehkan wanita sholat jamaah di Masjid. Di Masjid sudah pasti banyak orang laki-laki. Bahkan di Masjid Nabawi tidak ada hijab untuk memisahkan pria dan wanita. Sehingga tidak layaklah jika melarang wanita pergi ke Masjid, apalagi sampai bekerja di luar rumah. Tetapi yang paling utama dan mulia bagi wanita adalah rumah mereka.
Bagi wanita yang hendak bekerja di luar rumah, hendaklah menaati hal-hal berikut ini dalam rangka menggapai ridho dan taufik Allah SWT.
- Seorang wanita bekerja di luar rumah apabila ada kebutuhan untuk itu, tanpa melalaikan tugas pokoknya dalam mengurus rumah tangga.
- Wanita bekerja setelah mendapatkan ijin dari suami atau orang tuanya.
- Wanita bekerja pada bidang yang sesuai dengan tabiat perempuan.
- Wanita bekerja pada tempat kerja yang halal dan tayyib.
- Menjaga adab dan akhlaknya sebagai wanita Muslimah
Wallahu a’lam bishshawab.
Penulis: Farah Nanda Amanah Puri Bima, M.Pd. (Guru SMA Islam Athirah 1 Makassar)